Perjumpaan Baha’i dan Syiah Di Asia Tenggara: Paradoks Munculnya Imam Mahdi Di Abad Modern
Narasi tentang kehidupan sosial umat Baha’i dan Syiah memiliki corak kemiripan dan perbedaan, meskipun posisi keduanya adalah sama-sama tergolong sebagai kelompok agama minoritas di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Melalui berbagai tekanan sosial dan politik, keberadaan umat Baha’i di Iran menghadapi trauma kekerasan dan ketidakadilan. Begitu juga yang terjadi pada komunitas Syiah belakangan ini yang mengalami penolakan secara dramatis oleh warga setempat seperti kasus di Sampang, Madura-Jawa Timur. Di Iran, kedua kelompok ini (baik Baha’i mapun Syiah) terkondisikan dalam berbagai masalah konflik komunal yang berkepanjangan mulai di zaman dinasti Qajar (1794-1925). Artikel ini bermaksud membahas tentang relasi komunitas Baha’i dan Syiah di Asia Tenggara dan di Indonesia pada khususnya; di antaranya mengupas realitas dan entitas kehidupan sosial mereka sebagai salah satu kelompok agama minoritas yang hidup berdampingan. Termasuk di dalamnya membahas tentang proses konversi yang kaitannya dengan kelompok Sunni. Melalui pendekatan aspek historis dan sosiologis, artikel ini ingin mencoba membangun struktur berbagai narasi tersembunyi tentang kehidupan umat Baha’i dan Syiah yang pernah mengalami persinggungan konflik sosial memiliki situasi dan cerita yang berbeda di Asia Tenggara.